Antara Ari dan Fanka

Beberapa bulan belakangan ini, ada dua berita kematian dari orang-orang yang beraktivitas di dekat aku. Pertama, kematian Ariyanni 7 bulan yang lalu dan yang ke dua adalah kematian Fanka, anak Teknik Kelautan ITB 2009. Dua kematian ini agak mirip sebenarnya. Ariyanni dan Fanka, mereka berdua sama-sama meninggal di usia muda dan dengan alasan yang orang-orang di sekitarnya tak pernah sangka.

Ariyanni, teman dekatku, dia meninggal ketika sedang KP di Jakarta. Itu pertama kalinya dia mencoba tinggal di kota orang sendirian, tanpa didampingi orang tua atau saudara. Aku tahu benar bahwa Ariyanni sangat ingin KP di Jakarta, dia tidak mau KP di Bandung atau kota lain, kecuali kalau kota lain tersebut di luar negri. “Latihan buat ntar kerja beneran,” katanya. Instansi KP yang dipilihnya pun bukan asal saja. Ia memilih instansi yang direkomendasikan kakak kelasku. Setahuku pun, instansi tempat KP Ari adalah konsultan yang cukup punya nama. Ariyanni memang begitu, di mataku dia adalah orang yang memiliki banyak mimpi. Cita-citanya tinggi, keinginannya banyak, dan dia memang pintar. Tidak ada yang menyangka, baru seminggu KP di Jakarta, Ari jatuh dari MetroMini. Kecelakaan itu membuat Ari mengalami pendarahan otak sehingga harus dirawat beberapa hari di RSUP dan akhirnya meninggal.

Ariyanni meninggal dengan alasan yang tidak pernah siapa pun sangka. Beberapa hari sebelumnya dia masih terlihat sehat, ceria, biasa saja, normal. Begitu juga yang terjadi pada Fanka. Secara personal, aku tidak kenal Fanka. Aku cuma tahu wajahnya karena sempat beberapa kali bertemu Fanka di gereja. Wajahnya cantik, punya lesung pipi, dan badannya juga tinggi, jadi intinya dia cantik. Aku juga tahu namanya Yofanka karena dia alumni Santa Ursula. Aku pun pernah bersekolah di sekolah itu saat SMP, sementara Fanka bersekolah di situ saat SMA. Dia satu tahun di bawahku, setelah 1 tahun aku lulus dari gedung belanda itu dia baru masuk. Jadi kami tidak pernah satu sekolah dan tidak saling mengenal. Fanka meninggal saat sedang mengikuti arung jeram bersama kelompok pecinta alam, sudah tentu sebelumnya dia sehat-sehat saja, namun Fanka hanyut, hilang, dan setelah pencarian selama beberapa hari dia ditemukan meninggal.

Selama beberapa hari Fanka hilang aku melihat twitter teman-temannya yang menunjukkan keresahan, kecemasan, serta harapan agar Fanka bisa kembali. Sama seperti Ariyanni, saat Ari koma, aku dan teman-temanku semua resah, cemas, selalu ingin tahu perkembangan terkini kesehatan Ariyanni setiap hari, setiap jam, setiap detik. Kami semua berharap ada keajaiban sehingga Ari bisa kembali berada di tengah kami. Jadi aku tahu benar apa yang dirasakan teman-teman Fanka beberapa hari yang lalu dan ketika itu aku pun turut berduka.

Di twitter, semua anak ITB membahas Fanka, Fanka, Fanka. Sama seperti Ari waktu itu, di twitter teman-teman ITB ku membahas Ari, Ari, Ari. Seketika mereka jadi terkenal di seantero kampus, popularitas yang tidak dapat mereka nikmati ketika hidup di dunia.

Pada akhirnya Fanka pun bernasib sama dengan Ariyanni, meninggal dalam usia muda. Katanya pemakaman Fanka ramai sekali. Mengingatkan aku dengan pemakaman Ari waktu itu. Pengunjungnya ramai sekali, sebagian besar masih muda. Aku yakin pelayat Fanka juga sebagian besar masih muda.

Fanka dan Ari merupakan dua sosok yang tidak saling mengenal (sepertinya) namun sama-sama dicintai, sama-sama tidak disangka akan diambil terlalu cepat, tapi sama-sama beruntung karena kata Soe Hok Gie, nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah mereka yang mati di usia tua. Aku yakin Ari dan Fanka sama-sama sudah bahagia di sana.  Ari bisa bebas jalan-jalan ke luar negri tanpa buku hijau. Fanka bisa puas-puasin rafting, naik gunung, berpetualang, tanpa mikir kuliah dan tugas-tugas yang banyaknya segudang. Aku membayangkan betapa serunya jika Ariyanni dan Fanka bertemu di tempat terindah itu, mungkin mereka bisa bertukar banyak cerita karena keduanya memiliki banyak kesamaan. 🙂

2 thoughts on “Antara Ari dan Fanka

Leave a comment