Cita-citaku akan Kematian


Semua yang hidup adalah calon-calon orang mati. Kematian itu pasti, seperti orang hidup pasti bernafas, seperti orang lapar yang pasti butuh makan, seperti ibu mengandung yang pasti akan melahirkan. Jadi sebenarnya kematian itu harusnya dihadapi, bukan ditakuti. Meski tahu seperti itu, tetap saja aku takut mati. Susah sekali rasanya menerima kenyataan bahwa resiko hidup adalah mati.

Berbicara tentang kematian, sebenarnya aku punya role model orang mati. Maksud aku, aku ingin kematianku nanti seperti kematian orang ini. Role modelku adalah eyang putri karena ia tidak takut ketika kematian menghampirinya. Sejauh ini, kematian eyang adalah kematian yang paling sempurna menurutku. Eyang putri meninggal di waktu yang tepat. Ia meninggal ketika tanggung jawabnya kepada orang-orang di sekitanya sudah rampung, tinggal tanggung jawabnya kepada Tuhan saja yang belum selesai.

Di masa tuanya, aktivitas eyang dipenuhi dengan berdoa. Setiap jam 12 malam eyang pasti bangun dan menyisipkan intensi doa untuk keturunan-keturunannya.Ketika aku punya keinginan khusus, pasti aku minta pada eyang untuk didoakan, dan selalu terkabul. Selalu terkabul tidak pernah tidak.  Aku minta supaya bisa diterima di SMA 8, eyang membantuku dengan doa, dan Tuhan membuat aku diterima di SMA 8. Aku minta supaya bisa kuliah ITB, lagi-lagi aku minta agar eyang mendoakan, dan aku pun bisa kuliah ITB.  Bagiku, restu eyang adalah restu yang paling manjur.

Ada yang menarik tentang hobi berdoa eyang, ada satu doa yang selalu diucapkan, namanya Doa Kain Kafan. Ini adalah doa khusus untuk menghadapi kematian. Selama beberapa tahun terakhir di hidupnya, eyang selalu mendoakan doa ini supaya ia siap menghadapi maut meski maut tersebut tidak kunjung datang. Suatu hari eyang pernah berkata, “konco-koncoku uwis mati, aku kok nggak mati-mati?”. Usia eyang memang sudah sangat tua pada saat itu, suaminya (eyang kakung ku), kakak adiknya, teman-temannya, besan-besan yang seusianya sudah meninggalkan eyang terlebih dahulu.

Mungkin aku bisa bilang bahwa cita-cita eyang di hari tuanya adalah mati. Hari yang ia nanti-nantikan dalam hidupnya adalah hari kematian. Ia sudah siap secara iman untuk mati dan ia tidak pernah takut. Mungkin ini lah keajaiban Doa Kain Kafan yang.  Ketika waktunya datang, eyang meninggalkan kami dalam keadaan yang benar-benar tenang. Kematian yang eyang lalui tidak menimbulkan keresahan yang berlarut-larut, tidak merepotkan keluarga besar kami, bahkan tidak membuat anak-anaknya harus mengeluarkan biaya rumah sakit. Eyang tidak sedang menderita ketika ia meninggal, eyang meninggal di kursi sehabis menonton TV, tanpa masuk rumah sakit. Ia hanya seperti sedang tertidur, hanya saja jiwanya ternyata sudah bersama malaikat.

Kematian eyang membuat aku heran dan kagum. Selama ini ternyata eyang telah menyiapkan beberapa hal yang menjadi kebutuhan pemakamannya. Eyang meletakkan kebaya putih di tumpukan baju paling atas di lemarinya, kebaya ini lah yang ia pakai di dalam peti.  Dari jauh hari, eyang minta untuk disiapkan foto yang bagus dan akhirnya adikku mengeditkan foto dirinya yang tampak tersenyum sumringah, di persemayaman foto ini lah yang dipajang di depan peti matinya. Eyang telah membeli sapu tangan dalam jumlah yang banyak untuk suvenir pemakamannya (dalam pemakaman adat Jawa, pelayat biasanya diberi koin yang dibungkus sapu tangan). Eyang tidak ingin kematiannya merepotkan orang-orang di sekitarnya dan ia telah mewujudkan itu. Eyang pun pernah berkata, kalau aku tidak salah, supaya tabungannya digunakan saja untuk pemakamannya suatu hari nanti meski pada akhirnya pemakaman tersebut tetap dibiayai anak-anaknya dan uang tabungan eyang akhirnya digunakan untuk hal lainnya.

Eyang benar-benar telah siap untuk mati dan betapa sempurna kematian eyang menurutku. Kematian eyang adalah suatu kematian yang indah. Orang-orang yang datang tidak menangis untuk nasib buruk eyang , melainkan untuk mengenang kebaikan eyang semasa hidupnya. Meski pada akhirnya aku menangis juga, sebenarnya aku tidak mau menangis karena aku tahu bahwa kematian lah membuat yang eyang menjadi manusia seutuhnya. Dengan kematiannya ini, selesai lah sudah tanggung jawabnya kepada Tuhan selama ia hidup.

Suatu hari nanti aku ingin mati dengan cara seperti eyang, kematian yang sempurna. Tapi cita-cita tentang kematian tidak sama dengan cita-cita untuk hidup. Tidak sama dengan hal-hal ini: jika aku ingin diterima di ITB, aku bisa belajar rajin setiap hari sehingga aku pasti diterima di ITB. Jika aku ingin menikah di usia 25, aku bisa mengatur rencana-rencana hidupku, menetapkan target, sehingga akan ada pendamping yang tepat ketika aku berusia 25. Jika aku ingin punya rumah besar, aku bisa menabung sehingga aku pasti mampu membelinya.Tapi jika aku ingin mati sebagaimana eyang meninggal, aku tidak memiliki pedoman yang jelas mengenai bagaimana aku harus mewujudkannya. Kematian adalah kehendak Tuhan yang entah kapan akan datang dalam hidupku. Jujur aku belum siap dan aku masih takut akan kematian untuk saat ini, tapi eyang di dalam hidupnya selalu mengajarkan aku untuk dekat dengan Tuhan dan itu lah keadaan yang aku ingin berada ketika aku mati, dekat dengan Tuhan.

Antara Ari dan Fanka

Beberapa bulan belakangan ini, ada dua berita kematian dari orang-orang yang beraktivitas di dekat aku. Pertama, kematian Ariyanni 7 bulan yang lalu dan yang ke dua adalah kematian Fanka, anak Teknik Kelautan ITB 2009. Dua kematian ini agak mirip sebenarnya. Ariyanni dan Fanka, mereka berdua sama-sama meninggal di usia muda dan dengan alasan yang orang-orang di sekitarnya tak pernah sangka.

Ariyanni, teman dekatku, dia meninggal ketika sedang KP di Jakarta. Itu pertama kalinya dia mencoba tinggal di kota orang sendirian, tanpa didampingi orang tua atau saudara. Aku tahu benar bahwa Ariyanni sangat ingin KP di Jakarta, dia tidak mau KP di Bandung atau kota lain, kecuali kalau kota lain tersebut di luar negri. “Latihan buat ntar kerja beneran,” katanya. Instansi KP yang dipilihnya pun bukan asal saja. Ia memilih instansi yang direkomendasikan kakak kelasku. Setahuku pun, instansi tempat KP Ari adalah konsultan yang cukup punya nama. Ariyanni memang begitu, di mataku dia adalah orang yang memiliki banyak mimpi. Cita-citanya tinggi, keinginannya banyak, dan dia memang pintar. Tidak ada yang menyangka, baru seminggu KP di Jakarta, Ari jatuh dari MetroMini. Kecelakaan itu membuat Ari mengalami pendarahan otak sehingga harus dirawat beberapa hari di RSUP dan akhirnya meninggal.

Ariyanni meninggal dengan alasan yang tidak pernah siapa pun sangka. Beberapa hari sebelumnya dia masih terlihat sehat, ceria, biasa saja, normal. Begitu juga yang terjadi pada Fanka. Secara personal, aku tidak kenal Fanka. Aku cuma tahu wajahnya karena sempat beberapa kali bertemu Fanka di gereja. Wajahnya cantik, punya lesung pipi, dan badannya juga tinggi, jadi intinya dia cantik. Aku juga tahu namanya Yofanka karena dia alumni Santa Ursula. Aku pun pernah bersekolah di sekolah itu saat SMP, sementara Fanka bersekolah di situ saat SMA. Dia satu tahun di bawahku, setelah 1 tahun aku lulus dari gedung belanda itu dia baru masuk. Jadi kami tidak pernah satu sekolah dan tidak saling mengenal. Fanka meninggal saat sedang mengikuti arung jeram bersama kelompok pecinta alam, sudah tentu sebelumnya dia sehat-sehat saja, namun Fanka hanyut, hilang, dan setelah pencarian selama beberapa hari dia ditemukan meninggal.

Selama beberapa hari Fanka hilang aku melihat twitter teman-temannya yang menunjukkan keresahan, kecemasan, serta harapan agar Fanka bisa kembali. Sama seperti Ariyanni, saat Ari koma, aku dan teman-temanku semua resah, cemas, selalu ingin tahu perkembangan terkini kesehatan Ariyanni setiap hari, setiap jam, setiap detik. Kami semua berharap ada keajaiban sehingga Ari bisa kembali berada di tengah kami. Jadi aku tahu benar apa yang dirasakan teman-teman Fanka beberapa hari yang lalu dan ketika itu aku pun turut berduka.

Di twitter, semua anak ITB membahas Fanka, Fanka, Fanka. Sama seperti Ari waktu itu, di twitter teman-teman ITB ku membahas Ari, Ari, Ari. Seketika mereka jadi terkenal di seantero kampus, popularitas yang tidak dapat mereka nikmati ketika hidup di dunia.

Pada akhirnya Fanka pun bernasib sama dengan Ariyanni, meninggal dalam usia muda. Katanya pemakaman Fanka ramai sekali. Mengingatkan aku dengan pemakaman Ari waktu itu. Pengunjungnya ramai sekali, sebagian besar masih muda. Aku yakin pelayat Fanka juga sebagian besar masih muda.

Fanka dan Ari merupakan dua sosok yang tidak saling mengenal (sepertinya) namun sama-sama dicintai, sama-sama tidak disangka akan diambil terlalu cepat, tapi sama-sama beruntung karena kata Soe Hok Gie, nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah mereka yang mati di usia tua. Aku yakin Ari dan Fanka sama-sama sudah bahagia di sana.  Ari bisa bebas jalan-jalan ke luar negri tanpa buku hijau. Fanka bisa puas-puasin rafting, naik gunung, berpetualang, tanpa mikir kuliah dan tugas-tugas yang banyaknya segudang. Aku membayangkan betapa serunya jika Ariyanni dan Fanka bertemu di tempat terindah itu, mungkin mereka bisa bertukar banyak cerita karena keduanya memiliki banyak kesamaan. 🙂

Just Some Thoughts about Birthday

I don’t like birthday(s)!

(I guess there are a plenty people in this crazy world think like me)

The reason is very obvious, I don’t like growing old.
No, not that because I am afraid to bear bigger responsibility as mature person. It’s more because I don’t like to know that my time is getting more limited to chase what I haven’t achieved. For example, this year I will turn 22 years old. A few months after my birthday, I’m gonna be graduated from university (amen). It means, in the near future, my time as a student will be run out  and as I remember, I still have a long checklist of goals that hasn’t been accomplished.

Also, I don’t like realizing that I’ve let many opportunities went away. Back when I was 18 years old, actually I had a chance to continue my education somewhere in another country, but I didn’t do that simply because I was lazy to look for the information about scholarship. That was more or less because I followed the mainstream, most of my friends chose to push through themselves entering national top universities and so did I. At 20, when I was in the middle of craving for travelling and adventure, I regretted why I didn’t push through myself to get scholarship and take my bachelor degree abroad. Well, ITB is good but who knows I would get better advantage if I chose to study abroad.

Moreover, as I grow older, I also gain more juniors/underclassmen/adek kelas and seeing them somehow makes me cynical because they are young, energetic, and they still have a lot of time to chase every worthed thing that I haven’t achieved. A-lot-of-time. One word, damn.

Well, the lesson learned from these cases: Do the best that you can do while you’re still young because time can never be turned back and regret will (and have) always come late. It’s normative by the way, but trust me it’s true and honest.

Another thing I don’t like from being old is I hate to be physically mature. I know, it’s not the time for me to be afraid of wrinkles, not yet. What I hate is, 20-something women are obligated to look  undoubtedly flawlessly pretty, otherwise : DIE!
Here, the two reasons beyond my statement:

  1. Qualified men always look at physical appearance first to look for love. If there’s a man who doesn’t admit it, there are just two probabilities: he lies or he’s not qualified.
  2. Many jobs require a person to have attractive look. Job column won’t lie.

It means, I have to adjust with my age. Maybe I have to put make up, do my hair, probably wear dress and heels. It means I need to take more time to do it all before doing my real activities. Aaaargh! A lazy girl like me? Waking up earlier just to look at the mirror and make sure everything on my face is alright? Damn, my world will be crayzeh-errrr.x_x

I don’t like birthday. hahaaa. Therefore I never have a huge birthday celebration. Dudeeeee, why must I make my friends partying upon my anxiousness?
I don’t like growing old, but who can refuse to be old?  This is how our system of universe works. We can not resist what has been written as our natural destiny. Then, happy birthday for those who will have birthday in this year. Happy growing old!

Nb: guys, though I hate to grow old, I always appreciate every birthday wish kok. Every wish is a pray and I hope it to come true too 🙂

A Very Brief Summary of 2011

Tahun ini hampir berakhir dan satu hal yang saya syukuri adalah tahun ini lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya, 2010 lebih baik daripada 2009 dan 2011 lebih baik daripada 2010. Terima kasih Tuhan, tapi yang jelas tahun ini  harus menjadi bukan tahun yang terbaik.

Saya masih ingat bagaimana saya mengawali detik-detik tahun baru dengan tertidur pulas di tengah film Husband for Hire. Meski agak menyesal karena filmnya cukup menarik, tapi tidak ada yang spesial pada perayaan tahun baru itu. Pada bulan yang sama, saya juga tidur detik-detik menjelang ulang tahun saya. Waktu itu saya sedang berada di Jawa Tengah untuk memperingati 2 tahun meninggalnya eyang. Kali ini saya sengaja tidur karena tidak mengharapkan apa pun terjadi di hari itu, namun tanpa disangka pada pukul 00.00, adik saya memberikan surprise sederhana dengan kue yang sederhana. Ulang tahun saya pada tahun ini tidak ada perayaan, tidak ada makan-makan keluarga seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Ulang tahun saya pada tahun ini penuh dengan kesederhanaan, seperti yang saya minta.  Namun bagian terbaiknya adalah harapan yang saya ucapkan dalam hati ketika meniup lilin ulang tahun hampir semuanya terwujud. 🙂

Ya, banyak harapan yang terwujud di tahun ini.

Harapan-harapan itu adalah harapan untuk berkarya.
Tahun ini saya mendapatkan banyak kesempatan yang luar biasa. Pertama, menjalani masa Kerja Praktek di PGSP UNDP dan bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi saya untuk menumbuhkan impian baru di hidup saya, yaitu S2 di luar negri. Kemudian pengalaman mengikuti JAYSES di Thailand yang memperkenalkan saya pada nilai-nilai kebaikan, usaha, dan kerja keras dari negara lain sekaligus memberikan jalan pada saya untuk bertemu 2 anak ITB yang menjadi sahabat saya dalam kegalauan dan kenistaan. Pada tahun ini, ada dua program kerja yang telah dilakukan oleh divisi saya di HMP. Di tahun ini pula, entah bagaimana saya banyak mengikuti seminar dan info session tentang karir yang kurang lebih memberikan gambaran sekaligus membuat saya galau tentang  ke mana saya harus melanjutkan hidup setelah lulus. Mendekati penghujung tahun, saya mulai melakukan persiapan Tugas Akhir dengan topik yang menurut saya sangat menarik, gender. Pada akhirnya, di Bulan Desember, saya menjalani hari perkuliahan terakhir dan saya sangat menikmati hari itu. Hari kuliah terakhir itu diisi dengan presentasi 3 studio, angkatan saya sudah sepakat untuk datang dengan dress code batik, seusai kuliah kami berfoto-foto di sekitar ITB, dan karena kami terlalu seru, suara gaduh kami hampir mengacaukan pre-event ITB Fair. Pada hari itu saya merasa bahwa waktu benar-benar cepat sekali berjalan. Dua tahun lalu teman-teman seangkatan saya ini adalah orang-orang baru dan tiba-tiba sekarang mereka telah menjadi orang-orang yang selama 2 tahun belakangan selalu mengisi hari-hari saya.

Kehidupan akademis saya turut dilengkapi dengan kebahagiaan dan kehangatan keluarga, masih di Bulan Desember, dua keponakan saya lahir dan mereka adalah bayi-bayi yang cantik 🙂

Banyak hal mengagumkan pada tahun ini, walau  belum semuanya tuntas. Meski demikian, banyak pula hal yang mengharu-biru seperti IP saya yang mengalami kemunduran di 2 semester terakhir (well, IP bukan segalanya kan? #menghiburdiri) dan kepergian Ariyanni untuk selamanya.
Ada yang bilang, kalau hidup kita selalu di atas maka kita akan menjadi sombong.  Jadi mungkin pada saat itu saya memang membutuhkan hal-hal tidak menyenangkan tersebut . Maka dari itu, apa pun hal yang tidak menyenangkan yang terjadi di tahun ini, saya syukuri itu.

Ada satu hal lagi yang melengkapi manisnya tahun ini. Hal itu adalah datangnya orang baru yang menghadirkan kembali sesuatu yang sudah cukup lama hilang dari hidup saya.
Cinta.
Beliau adalah orang yang membuat saya lebih sering tertawa, membuat saya semakin ingin meng-upgrade kualitas diri, dan membuat saya semakin ingin mengeluarkan yang terbaik dari dalam diri saya.

Tahun ini adalah tahun yang spesial. Di awal tahun saya tidak menyangka bahwa 2011 adalah tahun yang sangat AWESOME ,namun pada akhirnya saya membuktikan sendiri bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang misterius dalam hidup saya. Terima kasih, 2011, tapi sekali lagi, sayang kamu bukan tahun terbaik dalam hidup saya karena tahun-tahun yang lebih baik masih menunggu di depan. 🙂

xoxo

Happy Birthday #Planolapan!

“They call me P!”
“They call me L!”
“They call me Plano! Planolapan!” 

Hey!

Today is the 2nd anniversary of my batch, Planolapan. I’m so amazed realizing the time flies so fast. It is still fresh on my mind what I was doing  two years ago: ascending the almost 90 degrees mountainous road, bearing the 20-something kgs carriers, sleeping in a tent, having a shock midnight call because of my rude tweeting behavior, being scolded, being shouted, and after all those torturing events, finally 6th of December came and was opened with what-so-called ‘pelantikan’. That  was the day we’re officially accepted as HMP’08.

That day was not the ending of our journey, instead the beginning of everything. I have to admit that not everything passed with my batch was beautiful. We had found so many obstacles during our activities at HMP and academic life. No matter what the bittersweet things happened, they have made us stronger as a batch.

One most momentous event was when we heard the sad news about  the member of our batch, Ariyanni, passed away. We were in our internship term and most of us were spread in numerous areas outside Bandung, but because of one reason: Ariyanni, we gathered again in Bandung. Each one of us came and sent our best prayers to the beloved one, Ariyanni. It proves everything… it proves that we’re getting stronger and more solid as a batch. Indeed.

Thank you #Planolapan for the great 2 years I have been passing with u. I know  we’re still writing our history and I can’t wait to experience another memorable moments with you.

xoxo

100 Things about Me

I found it on a friend’s blog and thought it was a good idea to make mine. It was actually a lot harder than you may think, but here’s what I came up with..

So, please enjoy my effort!
1. My name is Anastasia Ratna Wahyu Wijayanti. Twenty eight letters, four words, one name. Such a long name, huh?
2. But (don’t worry), you can (JUST) call me (as simple as) Nana.
3. My legitimate name is Anastasia Ratna Wahyuwijayanti. As I mentioned, it should has been Wahyu Wijayanti. I don’t really know how it could be happened, but I guess the clerk did a mistake while typing my birth license. 😦
4. I’m the second child of three siblings.
5. I have a sister whose age is one year younger than me.
6. My sister and I are physically different. My hair is wavy, hers is straight. My skin is fair, hers is dark. My eyes are slentit, hers are big. Many people think I’m a Chinese-Indonesian, but no one thinks so to my sister.
7. My sister and I have different interests as well. I am attracted to learn things related to social and art. She’s attracted to engineering and science.
8. I think I need to investigate whether my sister and I were born from the same parents.
9. I come from a Javanese family. I called my older brother ‘Mas’ and my younger sister ‘Jeng’, but that habit disappeared as we grew up. Now I call my siblings by their names only.
10. I have a Vietnamese descent, that’s where these slentit eyes and fair skin come from.
11. I am a Catholic girl.
12. The rules in my family will never ever let me marrying to a person who don’t believe in Jesus.
13. However, to be honest, I am not devoted to any rituals. If I need to pray, I just talk to God.
14. I feel so lucky that my parents took me into Catholic schools until I finished my junior high education, otherwise I would not know how to be dilligent, how to be discipline, and how to compete with this tough world.
15. I am proud that I can be educated in St. Ursula Junior High School, SMA 8 Jakarta, and Bandung Institute of Technology.
16. Continuing my graduate degree somewhere in other country is one of my short-term goals to be pursued.
17. I love drawing when I was a kid. I had ever won drawing competitions for several times.
18. Oh, I still love drawing and painting actually! But I don’t have too much time to do this hobby anymore.
19. I listen to many different kinds of music, but my favorites are those with soft melodies.
20. I am addicted to Bossa Nova. I like Lisa Ono, Olivia Ong, Sitti Navarro, and Olivia.
21. I love Quincy Jones.
22. Most favourite song of mine from time to time is ‘a Whole New World’ from Aladdin OST.
23. I sing in the shower.
24. I can cook since I was in elementary school, my signature dish was chicken nugget omelette.
25. Now I can cook many kinds of dishes and find that it’s easier to cook Western foods than Indonesian traditional foods.
26. I love cakes, I love to make cakes.
27. My favorite color is fuschia. It’s beautiful.
28. I find most of my clothes are pink, red, and purple.
29. I don’t like animals, except they are cooked and ready to be eaten.
30. I got my driving license when I was 20 years old.
31. I’m not a good driver, trust me.
32. I’m not allergic to drive though. I’m just not good into it.
33. The first time I drove a car, it was a Hyundai Matrix.
34. I name the car ‘Keanu’ because the main role of The Matrix series was played by Keanu Reeves.
35. I brought my car to Bandung in my 3rd year of university, but in the following years I left the car in Jakarta because looking for a parking space in ITB is getting hard and harder.
36. Internet is my ‘frenemy’.
37. Sometimes I depend my works, my tasks, my responsibilities, my life on the internet.
38. Sometimes internet prevents me to do the things I should do. Internet is my best distraction.
39. Retail therapy is something I always do to sustain to live.
40. I feel very achieved when I find a thing worth a very cheap price, for example a knitted cardigan I bought for only Rp 35.000,00.
41. I’m not addicted to branded stuffs, but I can’t wear unbranded shoes. They injure my feet.
42. Though I love shopping, I don’t like to spend my parents’ money. I’d rather buy my stuffs with my own pocket money.
43. Travelling is one of my passions.
44. I have travelled to 4 countries and all of them are ASEAN countries.
45. I MUST get a chance to travel to another countries in the near future.
46. How far I travel, how long I live in other city, my heart belongs to Jakarta.
47. I am so open for people who have different sex orientation. I mean, I tolerate them. It is more like because I believe that love is universal, love is for everybody.
48. Oh well, it doesn’t mean I’m not straight. I am straight.
49. For me, drinking is okay as long as people can control themselves to not doing forbidden things when they get drunk.
50. Drinking alcohol is not a sin; consuming drugs, free sex, abortion, robbery, and murder are sins.
51. I like to make friends with people from other countries, they introduce me to various cultures, values, and ways of thinking.
52. I have a Thai nickname given by a friend from Thailand, it is Som-O.
53. Som-O means ‘pomelo ‘ a.k.a ‘buah jeruk bali’. It’s a common girl’s name in Thailand.
54. Actually my favorite fruit is mango.
55. I also have a Japanese nickname, Sachi.
56. Sachi means happiness. 😀
57. I can read Hiragana.
58. I love yogurt with moachi.
59. Nasi Padang is one of the world’s greatest inventions.
60. I prefer to eat chicken than beef.
61. I prefer to eat fish than chicken.
62. I have peptic ulcer.
63. I should eat 3 times a day, but my stomach refuses to eat much at breakfast and dinner.
64. I eat a little rice, a lot of vegetable. The portion of rice : vegetable on my plate is 20:50.
65. I’m a clumsy and messy girl. I often lose my stuffs because I forget where I put them.
66. I’m a lazy girl. I seldom make my bed tidy. I don’t like to wipe and sweep. I am disgusted to wash the dishes.
67. A man who will marry me should afford to pay a maid.
68. I love sleeping, it makes me forget the life burden for a while.
69. I sometimes wake up at 4 a.m. without any reasons.
70. But then I sleep again.
71. I can sleep like a buffalo on the weekends.
72. I hate PMS because:
73. I’m easily angry when PMS strikes me. PMS ruins my mood and it makes me have big appetite.
74. I think my verbal intelligence is weak because it’s quite hard for me to remember names and words.
75. Somehow, I think my spatial, interpersonal, and intrapersonal intelligence are good.
76. My mood is easily determined by the weather.
77. If the weather is warm, bright, and cool, without any reason I’ll feel happy and vibrant.
78. Bandung is the city represents the weather I love the most.
79. I feel short compared to most people, even though I’m probably not that short.
80. My blood type is A+.
81. Based on the personality test, I am a sanguinic-coleric person.
82. I am an ENFJ (Extrovert-Intuitive-Feeling-Judging)
83. I’m like another Asian, I love karaoke.
84. I gained many English vocabs from songs.
85. Horror movies make me laugh,yet slasher movies are frightening.
86. My favorite Disney princess is Belle from Beauty and The Beast, then followed by Ariel The Little Mermaid and Snow White.
87. I subscribed to Bobo and Donal Bebek when I was in elementary school, Gadis and Cosmogirl when I was in JHS, then GoGirl magazine when I was in SHS. Now I don’t subscribe to any magazine.
88. I read novels by N.H. Dini, Mira W., Fira Basuki, and Djenar. I love female writers.
89. I’ve been hypnotized by Greek myth.
90. History is my best subject when I was in elementary and junior high school.
91. I am lame at Maths.
92. I’ve ever received a letter intended to a high GPA student from a multinational leading company.
93. I love quotes, though they stab me downward sometimes.
94. My hair has been long since I was 17 years old. I don’t think to cut it short.
95. I am master of nothing, but jack of all trades.
96. I hate people who see other people inferior.
97. I don’t need to be extraordinary. I don’t need to be popular. I just need to be happy.
98. I believe in ‘cheerleader effect’ Barney Stinson said on HIMYM. It’s when you see a group of girls or guys and they look hot, but when you see each person individually they are NOT, that an effect, when they are in groups they look hot.
99. Creating 100 things about me makes me know myself better than before.
100. It took 3 days to finish 100 things about me. I am Nana and this has been 100 things about me.

Life after Death

Sometimes I unconsciously typed “life after death” or  “kehidupan setelah kematian” on Google search engine just to know how this life will be going on after we breathe the last breath. Everytime I searched is everytime I never found the satisfying answer. So I searched and searched, but null. Living people tried to answer it based on their religions and it is never been enough for me. Not because I don’t believe in religion, I am just not the fanatic one (or maybe not the devoted one), so I’m a bit disagree with the mainstream-religious-thought about life after death.

At a friend’s funeral, I heard a preachment related to life after death. The preacher man is so religious. He said that in the death, our soul would meet Our Creator, He would ask each one of us, ‘ who is your God?’, ‘what is your religion?’, ‘who are your friends (people whose religion is same with you)?’, etc etc. In that sad moment, I found my body and soul refused all the substance of the preachment. I myself was disagree.

I completely don’t believe that our life are valued and judged by our religions. I don’t believe that in the death, we will be grouped based on our religions. I don’t believe that if we don’t hold any religion so we will be forever in hell. However I believe that The Almighty should ask us the unexpected questions about what we had done in life. That is why we need to have nice behavior.

Religions were created to be a guidance to show what is right and wrong. People’s reactions to the dogma that religions bring are different. Some people neglect, some people believe, some people  believe too much. Sometimes faithful people are the ones who destruct the sacred role of religion. They think their religion is the rightest one. At this point, religion becomes selfish and finally, religion becomes a divisive tool that foments hatred to each other. So we can see, not every people who claims themselves devoted to a religion are kind.

At the end of the day, the last question of mine about life after death is: which one will be saved in heaven? An agnostic whose behavior is so Godly or a pious man who ignites  hatred among human-beings?

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.